Berkayak di
malam hari ?
Night Kayaking..... petualangan yang tak kalah seru |
Tapi pada
suatu hari keadaan berbalik. Saat itu kami berkayak di sungai Opak disuatu sore
yang indah dan tenang, tapi mobil yang seharusnya menjemput kami di titik akhir
pengarungan terlambat datang. Kami-pun menunggu dengan setia di pinggir sungai
hingga malam datang menjelang. Dari balik bukit yang angkuh di seberang sungai
tiba-tiba muncul sang bulan.
Suasana
benar-benar memukau saat itu. Sinar lembut rembulan meniup kegelapan dengan
anggun dan perlahan. Air sungai tiba-tiba berkilauan, dan arus seketika terdiam
seperti pertapa. Permukaan sungai seperti cermin kaca yang sempurna. Di
kejauhan, deretan perbukitan yang membatasi laut selatan seperti berlomba
menampilkan siluet yang paling menawan. Beberapa saat setelah rembulan muncul,
pepohonan, rerumputan, dan barisan alang – alang disepanjang sungai serentak
bergemerisik penuh irama kedamaian. Jengkerik, kodok, kawanan kumbang malam,
dan burung hantu-pun turut meramaikan malam yang menakjubkan itu.
Kami yang
sebelumnya penuh canda tawa terdiam bersamaan...., kagum dan terpesona oleh
keindahan yang tak pernah kami harapkan akan muncul di malam itu. Semua saling
membisu dan hening, tenggelam dalam ketakjubannya masing-masing. Saat itu masih
dua hari sebelum purnama tiba, dan keindahan yang disuguhkan nyaris sempurna.
Lalu...., keindahan sedahsyat apa yang akan kami dapatkan saat bulan
benar-benar penuh?
............................... ................................... .........................!!!???
Maka
terjadilah......, kami lalu sepakat untuk menghapus anggapan bahwa berkayak di
malam hari adalah hal bodoh dan menggelikan. Kami juga sepakat untuk kembali ke
sungai saat bulan purnama, berkayak mengarungi sungai dan meresapi keindahan di
bawah sinarnya.
Dan ketika
bulan purnama benar-benar menyembul penuh dan montok di langit timur dua hari
kemudian, kami segera bersiap-siap. Kayak, dayung, headlamp, pelampung,
logistik, dan sirup anti kembung (rasa stroberi) kami kemas sedemikian rupa.
Tepat jam 7 malam kami meluncur menyeberangi kota Jogja menuju kali Opak yang malam itu
terlihat seksi dan sedikit genit di bawah sinar purnama.
Kami
memulai pengarungan malam itu dari desa “Gunung Puyuh” tak jauh dari jembatan
yang menghubungkan Sardonoharjo dan Seloharjo di kecamatan Pundong, Bantul.
Desa Gunung Puyuh sudah hampir terlelap malam itu ketika kami tiba. Hanya
beberapa penduduk setempat yang menemani kami bersiap-siap di tebing sungai.
Dan saat kami mulai mendayung ke arah hilir, mereka perlahan pergi menjauh dari
bibir sungai...., dan desa itupun benar-benar terlelap.
Pengarungan
itu sungguh lain dan berbeda. Sungai yang biasanya beriak, malam itu diam
seperti kaca. Arusnya seperti tertidur dan tak terdengar suara air menepuk
pasir di sepanjang tepian sungai. Selama penelusuran, kami seperti meluncur di
dunia asing yang mempesona. Dibawah siraman sinar bulan, semua tampak seperti
lukisan hitam putih yang tergambar jelas tanpa pigura.
Kami sempat beberapa kali sengaja mematikan headlamp, dan menjadikan pantulan sinar bulan sebagai pedoman untuk mendayung kayak kami. Di beberapa tempat, pendar sinar lampu berkelap-kelip dari rumah-rumah penduduk dipinggir sungai, menemani pengarungan yang istimewa ini. Kami semua mendayung perlahan dan tenggelam dalam keindahan malam yang khusyuk itu. Dua jam telah berlalu, dan ketakjuban kami belum memudar. Beberapa tikungan sungai yang biasanya kami lalui dengan sedikit perjuangan, malam itu terasa mudah dan mengasyikkan. Kami menjelajah setiap bagian sungai tanpa ragu dan menemukan hal-hal baru yang tidak biasa kami temukan di pengarungan yang lain.
Ketika
pengarungan malam itu sedang berlangsung di puncak kekhidmatan, tikungan
terakhir terlewati di dalam hening, dan di balik tikungan itu terlihat deretan
lampu jembatan Kretek yang indah menerobos kabut tipis. Pengarungan itu sedikit
agak lebih singkat dari yang kami perkirakan. Mungkin karena kami terlalu asyik
menikmati malam itu sehingga kami lupa tidak berhenti di tempat istirahat.
Mungkin karena sungai sedang kehilangan arusnya malam itu sehingga kami
meluncur dengan mudah tanpa bergelut dengan arus dan gelombang sungai. Atau mungkin karena malam itu terlalu indah
sehingga semuanya terasa begitu cepat berlalu. Yang jelas, malam itu sebenarnya
kami masih ingin mendayung di bawah sinar bulan barang beberapa kilometer
lagi...., tapi deretan lampu-lampu jembatan itu menghanyutkan keinginan kami.
Istirahat sejenak |
Tetap gembira di kegelapan |
Tigapuluh
menit kemudian, satu persatu kami merapat di dermaga kecil beberapa meter
sebelum jembatan. Kami mengangkat kayak kami masing-masing dari air sungai,
mengeringkannya, lalu melipatnya bersama dayung dan perlengkapan lainnya. Saat
itu jam 11.30 malam....., waktu yang tepat (teramat tepat) untuk menikmati kopi
dan makan malam yang kami masak dihamparan rumput tebal didepan dermaga. Bulan
masih bersinar...., langit bersih tanpa awan...., kami menikmati hidangan
dengan perasaan penuh kepuasan.
Jembatan Kretek.... 5 menit ke Pantai Parangtritis |
Malam
dingin itu dihangatkan dengan canda, tawa, dan beberapa kesepakatan. Salah
satunya adalah; di bulan purnama berikutnya (dan berikutnya lagi) kami akan
kembali berkayak mengarungi sungai dan mencatatnya sebagai agenda tetap setiap bulan purnama.
Ketika
waktu menunjukkan pukul 3 pagi, kami tersentak...., dan bergegas pulang.
Pengalaman
malam itu benar-benar luar biasa.
Sampai di petualangan berikut, dan jangan lupa....... tetap cintai sungai...!!!
Salam
KAYAKING JOGJA
Note: Maaf,
semua keindahan malam itu gagal utk direkam dengan sempurna sebab camera yang
dipakai adalah kamera poket murahan yang benar-benar payah dan bikin darah
tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari anda merupakan Kemajuan bagi kami agar selalu lebih baik dari sekarang. Tetap Cintai Sungai!!!!