Cuaca cerah dan ceria hari
itu, ketika kami meluncur ke selatan meninggalkan kota Jogja menuju ke kawasan Imogiri.
Beberapa menit setelah melewati terminal bus Giwangan kami sampai di pertigaan
pasar Imogiri. Pak sopir-pun dengan cekatan menyalakan sein kearah kanan,
menjauh dari pusat keramaian daerah Imogiri yang bersahaja. Kami menikung kearah barat. Bunyi berkelepak sesekali terdengar dari tujuh buah kayak lipat yang
kami tumpuk di atap mobil…., beradu dengan bunyi batuk-batuk pak sopir yang
saat itu memang lagi masuk angin.
Pertigaan berikutnya kami
masih lurus tak bergeming. Tak lama setelah itu jalanan menikung ke kanan dan
pemandangan sungai yang menggoda terhampar di jendela sebelah kiri. Selang
beberapa detik, kami melintasi jembatan, lalu parkir di depan rumah penduduk di
seberang jembatan. Kami lalu menurunkan kayak, bersiap-siap dan melongok lagi
ke arah sungai dengan bersemangat.
Sungai itu tepiannya
rimbun oleh pepohonan besar, dan sesekali ladang penduduk menyeruak hingga
hampir menyentuh badan sungai. Air sungai itu berwarna kelabu dan
bergurat-gurat tertiup angin. Arusnya terlihat tenang seperti air di empang
milik kakek. Pokoke..., meskipun tidak begitu besar, sungai itu benar-benar
keren dan mbois.
Opak atas yang gemulai |
Sebetulnya sungai itu
adalah sungai Opak atas - menurut istilah kami dhewe. Beberapa kilometer dari
titik itu, tepatnya di wilayah kecamatan Pundong, Bantul, Opak atas ini menyatu
dengan sungai Oya yang mengalir dari perbukitan di sebelah timur, dan mereka
bersama-sama, seia-sekata, saling bergandeng tangan menuju laut selatan.
Setelah pertemuan Opak – Oya penampang sungai bertambah lebar dan
karakternya-pun berubah. Alur sungai
berada jauh di dasar lembah, dan elevasi lumayan tinggi sehingga arus terbilang
cukup deras. Mulai dari situ – menurut istilah kami dhewe – kami sebut Opak
bawah.
Aliran khas lowland river |
Nah...., kembali lagi ke
Opak atas. Meski jalur kayak ini terbilang mbois, tapi jangan bermimpi untuk
bisa mengarungi jalur ini sampai ke titik dimana sungai ini bertemu dengan sungai
Oya (Tempuran). Bukan lantaran sungai
ini berubah liar menjelang tempuran, tapi karena terdapat banyak dam dan bendungan
di sepanjang jalur ini yang mustahil utk di lewati meskipun kayak yang anda
pakai tergolong kayak mutakhir yang berteknologi tinggi.
Starting point....., di bawah jembatan |
Karena alasan itulah kami
memutuskan untuk memulai trip ini dari jembatan Karangsemut di wilayah Imogiri dan
berakhir di Bendung Tegal. Jalur ini berada diantara dua bendungan besar yaitu
bendung dadapan dan bendung Tegal . Kami start dari bawah jembatan yang hanya
berjarak beberapa menit ke arah barat dari tikungan pasar Imogiri dan finish
beberapa meter dari dam bendung tegal yang luas menyerupai danau.
Dominasi rumpun bambu pada satu jam pertama pengarungan |
Kami memulai pengarungan
tepat di bawah jembatan di sisi barat sungai yang berpasir lembut. Di sisi timur hamparan sawah tampak menyatu
dengan garis langit. Beberapa petani melambaikan capingnya saat kami mulai
mendayung ke arah hilir, tapi beberapa pemancing ikan tampak gusar dengan suara
canda kami di tengah sungai.
Meluncur damai |
Istirahat sejenak |
Sepanjang perjalanan kami
disuguhi pemandangan yang cukup beragam; mulai hamparan sawah, ladang ketela,
rerimbunan pohon bambu dan vegetasi
sungai yang lain, sampai deretan
rumah rumah penduduk yang khas dan menyenangkan. Setengah perjalanan, ketika
sungai menikung tajam, pemandangan berubah drastis; deretan perbukitan yg hijau
dan langit biru tampak di kejauhan. Di kanan kiri sungai hanya sawah, pohon
pisang, dan rumpun kangkung liar. Lembah sungai tampak datar, dan meskipun
hijau menyejukkan, pepohonan besar tumbuh jauh dari pinggiran sungai.
Pemandangan yang mengasyikkan.
Sungai nan rindang |
Penampang sungai mulai melebar |
Ombak tipis menemani |
Setelah melewati separo
perjalanan, dengan pemandangan yang beragam, penampang sungai semakin melebar.
Pinggiran sungai tak lagi berpasir melainkan lumpur coklat yang pekat dengan
rumpun kangkung tumbuh liar diatasnya...., kami telah mendekati bendung
Tegal. Asap putih mengepul dari balik
rerimbunan pohon di ujung dam, pertanda bakul mie ayam telah siap menyambut
kami.
Setelah sekitar 3 jam
berkayak dan bercanda, akhirnya kami mendaratkan kayak di lumpur pekat di sisi
timur bendung tegal. Pengarungan di akhiri dengan semangkuk mie ayam dan es teh
yang lezat.
Perubahan vegetasi tepian sungai |
Menjelang Bendung Tegal |
Menuju finish point |
Adu cepat |
Selesai |
Wish to have you with us on our next trip..................
Jangan lupa............ tetap cintai sungai.............!!!
Salam
KAYAKING JOGJA
Boleh tahu nggak mas, kedalaman sungainya sampai berapa meter ya? - Dewi -
BalasHapusantara 1-2m
BalasHapusSatu jam pertama di jalur ini kedalaman antara 1 sampai 1,5 meter. Tapi memasuki area bendung Tegal kedalaman bertambah sampai sekitar 3 meter. Kami menyusuri bagian pinggir yg kedalamannya tak pernah lebih dari 1 meter saja.
BalasHapusKapan di upload di blog ini daftar sungai-sungai di Jogja yang lezat untuk di jajal? Kepingin nih...
BalasHapusMas Anonim: Daftar sungai beserta detailnya masih dalam taraf editing. Mohon bersabar sejenak. Pasti tayang gak lama lagi. Nuwun.
Hapus