Nama kali Winongo sudah tidak asing lagi bagi warga
Jogja. Sungai ini membelah kota Jogja bagian barat, melintasi daerah Bener, Tegalrejo, Pakuncen, Wirobrajan, Patangpuluhan, lalu
berbelok di sebelah selatan Pasar Niten
menuju Bantul, lalu terbagi dua yang masing masing bermuara di laut selatan.
Satu di Pantai Parangtritis, dan yang
lain bermuara di Pantai Samas. Meskipun
tidak berhulu di Merapi, sungai Winongo kerap meluap dan menimbulkan banjir
saat musim penghujan, terutama di daerah sepanjang aliran sebelum sungai ini
terpecah menjadi dua.
Winongo Kecil yang resik dan asri |
Pecahan sungai Winongo yang mengalir di sepanjang
jalan Samas (mulai dari daerah Palbapang sampai pantai Samas) sering disebut Winongo
Kecil oleh masyarakat sekitar. Sungai ini mengalir lembut tepat di
sebelah jalan raya yang menghubungkan kota Bantul dengan pantai Samas.
Beberapa kilometer sebelum mencapai muara, sungai ini
penampangnya semakin melebar dan berarus tenang sebelum akhirnya menyempit dan
berbelok tajam kearah barat saat memasuki daerah Pantai Selatan. Setelah badan
sungai berbelok, jenis arusnya berubah menurut pasang surut laut selatan.
Kadang berarus balik yang kuat pada saat pasang naik, kadang arus diam yang
tenang pada saat puncak laut pasang, dan kadang arus nya berubah agak liar pada
saat permulaan surutnya air laut.
Di penggal sungai
dengan arus yang agak ‘aneh’ inilah Kayaking Jogja beberapa saat yang
lalu berkesempatan untuk berkayak
menuruni aliran menuju muara sungai di sekitar pantai Samas.
Cuaca cerah siang itu…, terlalu cerah untuk dilewatkan
begitu saja di rumah. Kamipun lalu
meluncur ke selatan meninggalkan
Jogja, membelah kota Bantul, menuju pantai selatan. Diatap mobil kami kemas
sedemikian rupa delapan kayak lipat beserta perlengkapannya, siap untuk melakukan
pengarungan. Beberapa kilometer sebelum
tiba dipantai, mata kami terus menatap dengan cermat aliran sungai winongo
kecil yang mengalir tepat di sepanjang tepi jalan. Permukaan airnya hampir sejajar dengan
jalan raya, pertanda air laut sedang pasang. Gurat-gurat di permukaan air
sungai berkejaran ke arah hulu, mengikuti arah angin yang siang itu terasa amat
kuat menerpa.
Meninggalkan starting point |
Memasuki daerah pantai Samas kami disambut oleh angin
dingin yang datang dari selatan, dan wajah arus balik yang tergambar jelas di
permukaan sungai. Siang itu kami berencana memulai pengarungan mulai dari jembatan
terakhir sebelum memasuki daerah pantai dan berakhir di sisi barat danau air
payau yang menjadi muara sungai Winongo Kecil tak jauh dari garis pantai.
Ari Sikil (safety officer) memimpin |
Di pantai samas, setelah melakukan pengamatan dan
persiapan yang diperlukan, kami segera bergerak menuju starting point,
menurunkan kayak, membagi logistik, memeriksa semua alat keselamatan, lalu satu
persatu mulai mendayung menuju muara. Ada empat Junior Kayaker yang terlibat
dalam pengarungan kali ini (salah satunya harus di tandem karena masih berusia
3th) sehingga kami harus extra hati-hati memilih lajur arus yang aman untuk
dilalui.
konvoi |
Dataran di sepanjang pinggiran sungai terasa luas dan
datar tanpa pepohonan tinggi. Vegetasi khas pesisir membatasi air sungai dengan
dataran luas di sekitar sungai. Pandan laut yang berduri, kelapa, rumput ilalang
berdaun tajam, dan sesekali pohon cemara udang mewarnai awal pengarungan kami.
Di tikungan sungai pertama setelah start, air sungai meluap membentuk rawa-rawa
temporer yang terbentuk karena air pasang. Beberapa pohon bakau tampak
menyembul diantara rumput dan ilalang yang terendam air, meliuk rendah karena
terpaan angin selatan.
Memasuki tikungan kedua angin sedikit melemah meskipun
arus balik terasa semakin kuat menghambat laju kayak kami. Badan sungai
berbelok ke arah matahari terbit dan di tepian sebelah kanan tebing sungai
berbatu menjulang lumayan tinggi, rimbun oleh pandan laut yang membentengi kami
dari terpaan angin. Belasan ekor kepiting coklat bergegas menyembunyikan diri
di balik akar pandan begitu melihat dayung kami berkecipak tak jauh dari tempat
mereka berkumpul. Di situ kami disapa oleh penduduk setempat yang sedang
menebar jaring untuk menangkap kepiting coklat. Di daerah itu memang terdapat
banyak sekali kepiting coklat yang lezat dan bernilai jual tinggi. Vegetasi
yang lebat dan sungai yang tampak sehat dan minim polusi mungkin menjadi salah
satu alasannya.
Setelah berkelok-kelok menghindari jaring nelayan
penangkap kepiting, kami terus melaju memasuki tikungan berikutnya. Kali ini
sungai mengarah lurus ke selatan. Tepiannya melebar dan tumbuhan bakau tampak
menonjol diantara tumbuhan lain yang memenuhi tepian sungai. Di situ arus balik
membentuk alur ombak berlawanan dengan arah kayak kami. Melawan ombak yang
konstan bukanlah hal yang sulit bagi kami dan kayak kami, namun tidak demikian
halnya dengan para Junior Kayaker yang dengan cepat terlihat kewalahan
menghadapinya. Sebelum mereka merasa frustrasi dan menyerah, kami tak henti
menyemangati dan memuji semua tindakan yang mereka lakukan untuk terus maju
menghadapi rintangan.
Akhirnya hamparan perairan yang luas terlihat
dikejauhan. Kami semakin mendekati muara. Badan sungai melebar hingga terlihat
seperti tak bertepi. Ratusan bibit mangrove yang baru ditanam tepat di kanan dan kiri mulut muara terlihat sehat dan bahagia, meski masih tampak ringkih menahan angin yang semakin deras. Dari mulut muara kami bisa melihat dengan jelas kapal-kapal nelayan yang
tertambat jauh diseberang kami. Tak lama
kemudian kami meninggalkan sungai dan mendayung kayak kami menyeberangi danau
air payau yang saat itu permukaannya naik karena air pasang. Air pasang telah
membuka jalan bagi kapal-kapal nelayan untuk memasuki danau dan berlindung dari ganasnya ombak laut selatan. Kami mendayung ke arah barat menuju pantai samas, melawan
ombak air pasang dan angin selatan yang kuat. Beberapa kali kami dihempas angin, menggeser kayak kami ke kanan. Semuanya tampak bersemangat
menuju tepi barat danau itu, tempat dimana kami akan mengakhiri pengarungan.
Setelah lebih dari satu jam berjuang menuju tepian
danau, akhirnya satu persatu kami mendaratkan kayak kami di pasir yang lembut.
Pengarungan hari itu diakhiri dengan pemandangan dahsyat matahari yang
tenggelam dan obrolan yang menyenangkan dengan penduduk sekitar pantai.
Pengalaman yang menakjubkan….!
Jangan lupa…. Tetap cintai sungai yaaa…….!!!!
Salam lestari,
Kayaking Jogja