Senin, 25 Juni 2012

Night Kayaking





Berkayak di malam hari ?
Night Kayaking..... petualangan yang tak kalah seru
Pada mulanya, ketika gagasan ini muncul, kami menganggap ini ide gila dan sia-sia. Menyusuri sungai di kegelapan sungguh merupakan ide bodoh dan menggelikan. Bagaimana mungkin pemandangan indah sepanjang sungai bisa dinikmati di kegelapan? Bagaimana mungkin tarian indah sinar matahari yang memantul di arus sungai bisa diresapi di malam hari? Bagaimana dengan dinginnya angin malam yang hampir pasti bisa membuat kami (tepatnya beberapa diantara kami) masuk angin dan kumat rematiknya? Belum lagi menghadapi cerita-cerita seram di beberapa tikungan sungai yang dianggap angker? Pokoknya...., berkayak dimalam hari benar-benar suatu hal yang sungguh tidak ingin kami lakukan.

Tapi pada suatu hari keadaan berbalik. Saat itu kami berkayak di sungai Opak disuatu sore yang indah dan tenang, tapi mobil yang seharusnya menjemput kami di titik akhir pengarungan terlambat datang. Kami-pun menunggu dengan setia di pinggir sungai hingga malam datang menjelang. Dari balik bukit yang angkuh di seberang sungai tiba-tiba muncul sang bulan. 


Suasana benar-benar memukau saat itu. Sinar lembut rembulan meniup kegelapan dengan anggun dan perlahan. Air sungai tiba-tiba berkilauan, dan arus seketika terdiam seperti pertapa. Permukaan sungai seperti cermin kaca yang sempurna. Di kejauhan, deretan perbukitan yang membatasi laut selatan seperti berlomba menampilkan siluet yang paling menawan. Beberapa saat setelah rembulan muncul, pepohonan, rerumputan, dan barisan alang – alang disepanjang sungai serentak bergemerisik penuh irama kedamaian. Jengkerik, kodok, kawanan kumbang malam, dan burung hantu-pun turut meramaikan malam yang menakjubkan itu.

Kami yang sebelumnya penuh canda tawa terdiam bersamaan...., kagum dan terpesona oleh keindahan yang tak pernah kami harapkan akan muncul di malam itu. Semua saling membisu dan hening, tenggelam dalam ketakjubannya masing-masing. Saat itu masih dua hari sebelum purnama tiba, dan keindahan yang disuguhkan nyaris sempurna. Lalu...., keindahan sedahsyat apa yang akan kami dapatkan saat bulan benar-benar penuh?

...............................   ...................................   .........................!!!???


Bermandi cahaya bulan
Maka terjadilah......, kami lalu sepakat untuk menghapus anggapan bahwa berkayak di malam hari adalah hal bodoh dan menggelikan. Kami juga sepakat untuk kembali ke sungai saat bulan purnama, berkayak mengarungi sungai dan meresapi keindahan di bawah sinarnya.


Dan ketika bulan purnama benar-benar menyembul penuh dan montok di langit timur dua hari kemudian, kami segera bersiap-siap. Kayak, dayung, headlamp, pelampung, logistik, dan sirup anti kembung (rasa stroberi) kami kemas sedemikian rupa. Tepat jam 7 malam kami meluncur menyeberangi kota Jogja menuju kali Opak yang malam itu terlihat seksi dan sedikit genit di bawah sinar purnama.


menjelang start di 'Gunung Puyuh'
Kami memulai pengarungan malam itu dari desa “Gunung Puyuh” tak jauh dari jembatan yang menghubungkan Sardonoharjo dan Seloharjo di kecamatan Pundong, Bantul. Desa Gunung Puyuh sudah hampir terlelap malam itu ketika kami tiba. Hanya beberapa penduduk setempat yang menemani kami bersiap-siap di tebing sungai. Dan saat kami mulai mendayung ke arah hilir, mereka perlahan pergi menjauh dari bibir sungai...., dan desa itupun benar-benar terlelap.



mengagumi malam di sungai

Pengarungan itu sungguh lain dan berbeda. Sungai yang biasanya beriak, malam itu diam seperti kaca. Arusnya seperti tertidur dan tak terdengar suara air menepuk pasir di sepanjang tepian sungai. Selama penelusuran, kami seperti meluncur di dunia asing yang mempesona. Dibawah siraman sinar bulan, semua tampak seperti lukisan hitam putih yang tergambar jelas tanpa pigura.





Headlamp senjata utama


Kami sempat beberapa kali sengaja mematikan headlamp, dan menjadikan pantulan sinar bulan sebagai pedoman untuk mendayung kayak kami. Di beberapa tempat, pendar sinar lampu berkelap-kelip dari rumah-rumah penduduk dipinggir sungai, menemani pengarungan yang istimewa ini. Kami semua mendayung perlahan dan tenggelam dalam keindahan malam yang khusyuk itu.  Dua jam telah berlalu, dan ketakjuban kami belum memudar. Beberapa tikungan sungai yang biasanya kami lalui dengan sedikit perjuangan, malam itu terasa mudah dan mengasyikkan. Kami menjelajah setiap bagian sungai tanpa ragu dan menemukan hal-hal baru yang tidak biasa kami temukan di pengarungan yang lain.




meluncur tenang
Ketika pengarungan malam itu sedang berlangsung di puncak kekhidmatan, tikungan terakhir terlewati di dalam hening, dan di balik tikungan itu terlihat deretan lampu jembatan Kretek yang indah menerobos kabut tipis. Pengarungan itu sedikit agak lebih singkat dari yang kami perkirakan. Mungkin karena kami terlalu asyik menikmati malam itu sehingga kami lupa tidak berhenti di tempat istirahat. Mungkin karena sungai sedang kehilangan arusnya malam itu sehingga kami meluncur dengan mudah tanpa bergelut dengan arus dan gelombang sungai.  Atau mungkin karena malam itu terlalu indah sehingga semuanya terasa begitu cepat berlalu. Yang jelas, malam itu sebenarnya kami masih ingin mendayung di bawah sinar bulan barang beberapa kilometer lagi...., tapi deretan lampu-lampu jembatan itu menghanyutkan keinginan kami.



Istirahat sejenak


Tetap gembira di kegelapan


Tigapuluh menit kemudian, satu persatu kami merapat di dermaga kecil beberapa meter sebelum jembatan. Kami mengangkat kayak kami masing-masing dari air sungai, mengeringkannya, lalu melipatnya bersama dayung dan perlengkapan lainnya. Saat itu jam 11.30 malam....., waktu yang tepat (teramat tepat) untuk menikmati kopi dan makan malam yang kami masak dihamparan rumput tebal didepan dermaga. Bulan masih bersinar...., langit bersih tanpa awan...., kami menikmati hidangan dengan perasaan penuh kepuasan.


Jembatan Kretek.... 5 menit ke Pantai Parangtritis


Malam dingin itu dihangatkan dengan canda, tawa, dan beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah; di bulan purnama berikutnya (dan berikutnya lagi) kami akan kembali berkayak mengarungi sungai dan mencatatnya sebagai  agenda tetap setiap bulan purnama.
Ketika waktu menunjukkan pukul 3 pagi, kami tersentak...., dan bergegas pulang.
Pengalaman malam itu benar-benar luar biasa.

Sampai di petualangan berikut, dan jangan lupa....... tetap cintai sungai...!!!


Salam

KAYAKING JOGJA


Note: Maaf, semua keindahan malam itu gagal utk direkam dengan sempurna sebab camera yang dipakai adalah kamera poket murahan yang benar-benar payah dan bikin darah tinggi.






Jumat, 15 Juni 2012

Wukirsari - Blawong round trip kayaking









Tempat pengarungan dimulai


Pertama-tama, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada Oom "Google Earth" yang telah dengan tulus ikhlas menunjukkan jalur kayak ini kepada kami.
Melalui citra satelit yang lumayan detail, kami menemukan banyak hal sebelum hari pengarungan tiba; jalur ini terletak diantara dua dam/bendungan  besar yaitu dam Blawong yang terletak di daerah Blawong, dan bendung Dadapan yang terletak di wilayah Wukirsari, kecamatan Imogiri, kab. Bantul. Jarak kedua dam atau bendungan ini (diukur secara akurat oleh Oom Google) sekitar 4,3km dan terdapat jeram yang lumayan menantang di kilometer 2,4 dari bendung Dadapan. Jalur ini memiliki 4 tikungan besar yang masing-masing menyimpan arus diam yang dalam di sudut tikungannya.
90% tepian sungai di jalur ini berupa tebing vertikal dan semi vertikal yang tidak begitu tinggi jika diukur dari permukaan air sungai, dan sisanya berupa tepian landai yang berpasir.


mendayung keras ke atas







Vegetasi utama disepanjang sungai di jalur ini berupa rumpun bambu yang di beberapa tempat dipenuhi juga oleh tumbuhan merambat yang tumbuh pekat hingga menyentuh permukaan sungai. Sepanjang jalur kayak ini terkesan teduh dan rindang karena rapatnya vegetasi jenis ini, namun sungai jadi terlihat kotor karena rontokan dedaunan yang mengapung di bahu sungai dan sampah bawaan banjir yang tersangkut di perakaran rumpun bambu. Apalagi, kesadaran masyarakat di sepanjang jalur ini termasuk dalam kategori "sangat payah" untuk urusan membuang sampah di sungai.


kerindangan rumpun bambu



Melawan arus


Karena jalur ini bagi kami terbilang pendek, kami sepakat untuk mengarunginya pulang - pergi. Di mulai dari 100m diatas bendung Dadapan di Wukirsari, menyusur keatas - melawan arus - sampai ke dam Blawong, lalu berbalik turun - mengikuti arus - kembali ke bendung Dadapan.



Mengamati tumpukan sampah.... hmm....

Melewati jembatan


Meskipun sedikit melelahkan, berkayak melawan arus ternyata cukup mengasyikkan. Bobot kayak yang ringan memudahkan kami untuk melaju cepat melawan arus. Yang harus kami lakukan hanyalah mendayung dengan ritme tetap dan terus mendayung agar tidak terseret arus ke titik semula. Kami juga dituntut untuk lebih memahami arus sungai: menghindari tubuh sungai yang berarus deras, dan memanfaatkan bahu sungai yang berarus lebih lunak dan bersahabat.



                                              

Menikmati suasana

Istirahat di tempat teduh








Melewati jeram dalam perjalanan kami naik ke dam Blawong bukan perkara mudah. Kami beberapa kali mencoba untuk melaluinya namun kekuatan arus terlalu kejam buat kami. Akhirnya, kami turun dari kayak yang kami tumpangi dan memilih memanggulnya melewati jeram. Beberapa puluh meter dari jeram tersebut, kami meluncur lagi...., mendayung ke atas.



Portege..... angkut kayak menghindari jeram



di sebuah tikungan



Sesampai di dam Blawong - setelah dua jam mendayung - kami memutuskan untuk beristirahat; memasak makan siang dan meracik kopi 'senthak' kesukaan kami.
Dan sebelum kantuk menyerang di keteduhan tepi sungai itu, kami beranjak dan duduk di kayak kami masing-masing. Perjalanan turun segera di mulai. 



Meracik kopi 'senthak' biar fresh....!



Menyeberang bawah jembatan dlm perjalanan turun.


Tidak sampai satu jam mendayung dan bermalas-malasan, kami sampai di bendung Dadapan lagi. Petualangan berakhir. Kami pulang dengan puas. (Pfff.... seandainya sungai itu lebih bersih lagi).


Jangan lupa sodaraaaa...... tetap cintai sungai yaaa.....!









salam lestari,


KAYAKING JOGJA